Obat Bius Cair

Cerita Panas Igo Di Gilir Teman Ibu Tiriku

Cerita Dewasa
Cerita panas dewasa ngentot abg, foto hot abg bugil, kisah sex dewasa ngentot janda, kumpulan cerita  panas ngentot terbaru, cerpen sex dewasa panas igo ngentot mesum di toko bunga.

Namaku Bernas dan aku tinggal di Jakarta. Di saataku menulis cerita ini, aku baru saja menginjakumur 25 tahun. Aku bekerja di sebuahperusahaan marketing ternama di kawasandaerah Kuningan (Jakarta Selatan). Perusahaankami ini adalah anak dari perusahaan marketingInggris yang mana Head Office untuk Asia Pasificberada di negeri Singapore. Aku bisa bekerja diperusahaan ini atas bantuan ibu tiriku yangmemiliki banyak kolega perusahaan-perusahaan ternama di Jakarta.Ibu tiriku tergolong orang yang terpandang dan kaya.

Bekas suaminya adalah pengusahadistributor minyak bumi dalam negeri yangpunya akses mudah ke instansi-instansipemerintah. Ibu tiriku cerai dengan bekassuaminya karena bekas suaminya memilikibanyak ’selir-selir’ di beberapa kota di pulau Jawadan beberapa lagi di luar pulau Jawa. Karenatidak tahan dengan situasi yang dia hadapi,

diamemutuskan untuk bercerai dengan bekassuaminya. Menurut cerita ibu tiriku,
urusanperceraiannya sangatlah rumit, berbelit-belit, danmemakan waktu berbulan-bulan. Seperti biasapembagian harga gono-gini yang membuaturusan cerai menjadi lebih panjang. Sampaipada akhirnya hasil dari penceraian tersebut.

Ibu tiriku mendapat 30% dari seluruh aset dankekayaan bekas suaminya. Namun setelah itu, ibu tiriku tidak diperbolehkan lagi untuk memintajatah lagi kekayaan bekas suaminya setelahpenceraiannya final di pengadilan. Bisa parapembaca membayangkan seberapa besarwarisan kekayaan ibu tiriku.

Bagaimana dengan keluarga asliku? Ayah bercerai dengan ibu kandungku saat aku masihberumur 7 atau 8 tahun. Masalah dari penceraian tersebut, aku masih kurang tahu sampaisekarang ini. Ayah lebih memilih untuk tidakmenceritakan masalah tersebut, dan aku puntidak pernah lagi bertanya kepadanya. Aku mengerti perasaan ayah karena saat itukehidupan ekonomi keluarga masih sangat sulitdan ayah pada saat itu hanya seorang pegawai toko di daerah Mangga Besar.Meskipun hanya pegawai toko biasa, ayahmemiliki bakat dan hobi mekanik yang berhubungan dengan mesin motor. Pendidikan ayah hanya sampai pada tamatan SD,

dan dia mendapat ilmu montirnya dari kakek yang dulu sempat bekerja di bengkel reparasi mobil. Ayah selalu memiliki cita-cita untuk membuka bengkelsendiri.Setelah bercerai dengan ibu kandungku,

aku dan ayah sering berpindah-pindah rumah kontrak.Ekonomi ayah juga tidak juga membaik. Seringistilah kehidupan kami bak ‘gali lubang tutuplubang’. Setiap tahun gaji ayah naik hanya sedikit saja, dan kebutuhan ekonomi selalu meningkat.Namun ayah tidak pernah menyerah untukberusaha lebih demi menyekolahkan aku.Untungnya aku tergolong anak yang sukasekolah dan belajar,

oleh karenanya ayah tidakpernah mengenal lelah mencari uang tambahanagar aku menjadi orang yang berilmu danmencapai karir indah di masa depanku.Cita-cita ayah membuka bengkel reparasi mobilsendiri bermula dari keisengannya melamarkerja di bengkel mobil dekat rumah kontrakankami. Ayah kerja di toko hanya selama 6 hariseminggu bergantian,

tapi ayah menetapkanuntuk mengambil hari Sabtu libur agar dia bisabekerja di bengkel mobil tersebut. Karena bakatdan cinta ayah terhadap mesin mobil dan motor,

ayah menjadi tukang favorit di bengkel tersebut.Perlahan-lahan ayah mengurangi hari kerja ayahsebagai pegawai toko menjadi 5 hari seminggu,

kemudian 4 hari seminggu,

dan terakhir 3 hariseminggu. Sampai pada akhirnya bengkelmenarik banyak pelanggan tetap,

dan ayahdiminta untuk bekerja sebagai pegawai tetap dibengkel itu. Gaji ayah naik 3 kali lipat dari gajisebagai pegawai toko plus bonus dan tip-tip daripelanggan. Lebih bagusnya lagi ayah hanyabekerja 5 hari saja dari hari Senin sampai Jumat.Ayah sengaja tidak memilih hari Sabtu danMinggu demi menghabiskan waktu berduadenganku. Setiap hari Sabtu ayah sukamenjemputku sepulang sekolah,

maklumbiasanya sekolahku hanya masuk 1/2 hari di hariSabtu dan kami berdua suka jajan di luarsebelum pulang ke rumah.Sejak bekerja di bengkel itu,

aku menjadi dekatdengan ayah. Dengan kondisi ekonomi yangsemakin membaik dari hari ke hari,

kini ayahmampu untuk membeli rumah sendiri meskipuntidak besar. Malaikat keberuntungan sedangberada disamping ayah. Ayah orang yang baik,

tekun dan jujur, maka dari itu ayah diberi banyakrejeki dari yang di atas. Bengkel itu menjaditumbuh pesat pula berkat kedatangan ayah.Demi menjaga hubungan baik antara ayahdengan bos bengkel itu,

ayah diberi komisi 15%dari setiap pembayaran service/reparasi mobil/motor yang dia urus plus bonus tahunan danbelum lagi tip-tip dari pelanggan.Nama bengkel menjadi terkenal karenarekomendasi dari mulut ke mulut,

sampai padasuatu hari ibu tiriku ini menjadi pelanggan tetapbengkel itu. Ibu tiriku mendengar nama bengkeldan nama ayahku dari teman dekatnya. Saat ituibu tiriku memiliki 3 buah mobil. Seingatku waktuitu ada BMW, Mercedes, dan mobil kijang. Ibutiriku sering mengunjungi bengkel ayah denganalasan untuk check up antara mobil BMW-nyaatau Mercedes-nya. Mobil kijangnya hanyadatang dengan supir.Sebut saja nama ibu tiriku adalah Tina (namasingkatan). Saat itu aku memanggilnya tanteTina. Umur tante Tina 4 tahun lebih muda dariayah. Kerutinan tante Tina ke bengkel menjadiawal dari romansa antara dia dan ayah. Ayahsering kencan berdua dengan tante Tina,

dan terkadang mereka mengajakku pergi bersama-sama pula. Terus terang sejak bersama tanteTina,

wajah ayah lebih tampak berseri-seri danlebih segar. Mungkin saat itu dia menemukancinta keduanya setelah bertahun-tahun berpisahdengan ibu kandungku. Melihat perubahaanpositif ayah,

aku pun menjadi ikut senang. Akujuga senang bila tante Tina datang berkunjung, karena dia sering membawa oleh-oleh berupamakanan atau minuman yang belum pernah akuliat sebelumnya. Belakangan aku baru tau bahwabingkisan itu adalah pemberian dari kolegabisnisnya. Salah satu rumah Tante Tina berada didaerah Jakarta Selatan,

dan tentu banyak orangtau bahwa kawasan ini adalah kawasan elit.Setelah bercerai,

tante Tina membuka beberapabisnis elit di sana seperti salon/spa kecantikan,

dan butik. Para pelanggannya juga dari kalangankaliber atas seperti pejabat dan artis. Diamenyewa beberapa prajurit terpecaya untukmenjalankan usaha-usaha bisnisnya.Dalam singkat cerita,

ayah dan tante Tinaakhirnya memutuskan untuk menikah. Setelahmenikah aku disuruh memanggilnya ‘mama’.Perlu waktu beberapa minggu untukmemanggilnya ‘mama’,

tapi lama-lama akumenjadi biasa untuk memanggilnya ‘mama’.- - - - - - - - -Untuk lebih singkatnya dalam cerita ini,

aku akanmenyebut ‘ibu tiriku’ sebagai ‘ibu’.- - - - - - - - -Sejak setelah menikah,

ibu tinggal di rumah kecilkami beberapa bulan sambil menunggubangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi,

rumah baru mereka tidak jauh dari bengkelayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Tinakarena alasan pribadi ayah. Setelah banyakprocess yang dilakukan antara ayah dan ibu,

akhirnya bengkel tempat ayah bekerja,

kinimenjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya. Ayahpernah memohon kepada ibu agar dia ingintetap dapat bekerja di bengkel,

dan terang sajabengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibelisaja. Maklum ibu adalah ‘business-mindedperson’. Aku semakin sayang dengan ibu,

karena pada akhirnya cita-cita ayah untukmemiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkelayah makin besar setelah ibu ikut berperan besardi sana. Banyak renovasi yang mereka lakukanyang membuat bengkel ayah tampak lebihmenarik. Pelanggan ayah makin bertambah,

dankali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya.Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama disana,

malah menaikkan gaji mereka danmemperlakukan mereka seperti saat diadiperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama.Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat. Kini ayah seringmelancong ke luar negeri bersama ibu,

dan akusering ditinggal di rumah sendiri denganpembantu. Alasan aku ditinggal mereka karenaaku masih harus sekolah.Ibu sering mengundang teman-teman lamanyabermain di rumah. Salah satu temannyabernama tante Ani. Tante Ani saat itu hanya 15tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantasaku panggil kakak daripada tante,

karenawajahnya yang masih terlihat seperti orangberumur 20 tahunan. Tanti Ani adalah pelanggantetap salon kecantikan ibu,

dan kemudianmenjadi teman baik ibu. Wajah tante Anitergolong cantik dengan kulitnya yang putihbersih. Dadanya tidak begitu besar,

tapipinggulnya indah bukan main. Maklum anakorang kaya yang suka tandang ke salonkecantikan. Tante Ani sering main ke rumah dankadang kala ngobrol atau gossip dengan ibuberjam-jam. Tidak jarang tante Ani keluarbersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop,

window shopping atau ngafe di mall.Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupanpribadi tante Ani. Ibu bercerita bahwa tante Aniitu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapitante Ani sempat ingin menikah,

tapi ternyatapihak dari laki-laki memutuskan untukmengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidakdijelaskan oleh ibu,

karena mungkin aku masihterlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini.Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut darirumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri,

tapi hanya melancong ke kota Bandung sajaselama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku danpembantu saja yang tinggal di rumah. Saat ituaku ingin sekali kabur dari rumah,

dan menginapdi rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyidan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu.Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkatke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumahmengambil barang yang ketinggalan.Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu,

suara tante Ani menyapanya. Aku hanya dudukbermalas-malasan di sofa ruang tamu sambilnonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya.“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?”tanya tante Ani.“Kalo ke Bandung sih Bernas malas,

tante. Kaloke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai.“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore.Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani.Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh.Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apadengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalopenting.”.“Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajakmamamu makan aja. Yah sekarang tantebakalan makan sendirian nih. Bernas mau nggatemenin tante?”.“Emang tante mau makan di mana?”“Tante sih mikir Pizza Hut.”“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kanbanyak pilihan,

ntar kita pilih aja yang kita mau.”“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”“Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.”Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yangempuk. Sore itu tante Ani mengenakan bajuyang lumayan sexy. Dia memakai rok ketatsampai 10 cm di atas lutut,

dan atasannyamemakai baju berwarna orange muda tanpalengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah daripangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus,

tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karenadia rajin bersalon ria di salon ibu,

paling tidakseminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putihmulus. Kami nonton TV dengan acara/channelseadanya saja sambil menunggu sampai jam 7malam. Kami juga kadang-kadang ngobrolsantai,

kebanyakan tante Ani suka bertanyatentang kehidupan sekolahku sampaimenanyakan tentang kehidupan cintaku disekolah. Aku mengatakan kepada tante Anibahwa aku saat itu masih belum mau terikatdengan masalah percintaan jaman SMA. Kalonaksir sih ada,

cuma aku tidak sampaimengganggap terlalu serius.Semakin lama kami berbincang-bincang,

tubuhtante Ani semakin mendekat ke arahku. Bauparfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas dihidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiranapa-apa saat itu.Tiba-tiba tante Ani berkata,

“Bernas,

kamu sukadikitik-kitik ngga kupingnya?”.“Huh? Mana enak?” tanyaku.“Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Animenawarkan/“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?”tanyaku sekali lagi.“Ga usah,

pake bulu kemucing itu aja” tundastante Ani.“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buatbersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.“Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cumanambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masihbelum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkastante Ani.“Percaya tante deh,

kamu pasti demen. Sinibaring kepalanya di paha tante.” lanjutnya.Seperti sapi dicucuk hidungnya,

aku menurutsaja dengan tingkah polah tante Ani. Ternyatamemang benar adanya,

telinga ‘dikitik-kitik’dengan bulu kemucing benar-benar enak tiadatara. Baru kali itu aku merasakan enaknya,

serasanyaman dan pengen tidur aja jadinya. Danmemang benar,

aku jadi tertidur sampe sampaijam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suaralembut membisikkan telingaku.“Bernas,

bangun yuk. Tante dah laper nih.” katatante.“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.”tanyaku dengan mata yang masih setengahterbuka.“Udah jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun,

tantedah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalintante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.”kata tante sambil mengelus lembut rambutku.“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah ajayah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam didekat sini.”“Ahhh ogah,

tante pengen jalan-jalan juga kok.Bosen dari tadi bengong di sini.”“Oke oke,

kasih Bernas lima menit lagi dehtante.” mintaku.“Kagak boleh. Tante dah laper banget,

maupingsan dah.”Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa.Kulihat tante Ani sedang membenarkan posisiroknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jeleksekali sih sampe-sampe rok tante Ani tersingkaptinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di ataspaha mulus tante Ani,

begitulah aku berpikir. Adarasa senang juga di dalam hati.Setelah mencuci muka,

ganti pakaian,

kita berduaberpamitan kepada pembantu rumah kalau kitaakan makan keluar. Aku berpesan kepadapembantu agar jangan menunggu aku pulang,

karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi akumembawa kunci rumah,

untuk berjaga-jagaapabila pembantu rumah sudah tertidur.“Nih kamu yang setir mobil tante dong.”“Ogah ah,

Bernas cuman mau setir Baby Benztante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktuitu tante Ani membawa sedan Honda,

bukanMercedes-nya.“Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini,

bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Ani.“No way … bisa digantung ogut ama papamama.” jawabku.“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tanteAni sambil tertawa kemenangan.Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta.Tante Ani seperti bebek saja,

ngga pernah stopngomong and gossipin teman-temannya. Akujenuh banget yang mendengar. Dari yang ceritapacar teman-temannya lah,

sampe ke mantantunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang,

aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknyayang tersohor di sana. Untung tante Ani tidakprotes dengan pilihan saya,

mungkin karenasudah terlalu lapar dia.Setelah makan,

kita mampir ke tempat mainbowling. Abis main bowling tante Animengajakku mampir ke rumahnya. Tante Anitinggal sendiri di apartemen di kawasan TamanAnggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendirikarena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tanteAni sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tauapa pekerjaan sehari-hari tante Ani,

yang tanteAni tidak pernah merasa kekurangan materi.Apartemen tante Ani lumayan bagus dengan tatainterior yang classic. Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Ani. Jadiaku bisa maklum apabila tante Ani sering keluarrumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri diapartemen.“Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.”“Kalo begitu,

Bernas mau yang ini.” sambilmenunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masihdisegel.“Kagak boleh,

masih dibawah umur kamu.”cegah tante Ani.“Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya nggamasalah” jawabku dengan bermaksud membeladiri.“Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi janganbuka yang baru,

tante punya yang sudah dibukabotolnya.”.Tiba-tiba suara tante Ani menghilang dibalikmaster bedroomnya. Aku menganalisa ruangansekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalamdan luar negeri terpampang di dinding. Lukisandalam negerinya banyak yang bergambarkanwajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisanyang berbobot tinggi,

dan aku yakin pasti bukanbarang yang murahan.“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante keBali tahun lalu” kata tante Ani memecahkansuasana hening sebelumnya.“Bagus tante. High taste banget. Pasti mahalyah?!” jawabku kagum.“Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawarharga dengan seniman itu,

karena seni itu mahal.Kalo tante tidak cocok dengan harga yang diatawarkan,

tante pergi saja.”Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada,

dan tante Ani tidak bosanmenjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut.Tante Ani ternyata memiliki kecintaan tinggiterhadap seni lukis.“Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulangdulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tanteistirahat aja dulu yah.” kataku.“Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante jugamasih belum ngantuk. Temenin tante bentaryah.” mintanya sedikit memohon.Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tanteAni yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadiaku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi,

sampai nanti tante Ani sudah ingin tidur.“Kita main UNO yuk?!” ajak tante Ani.“Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran.“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?”tanya tante Ani. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.“Wah kamu kampung boy banget sih.” candatante Ani. Aku hanya memasang tampakcemburut canda.Tante Ani masuk ke kamarnya lagi untukmembawa kartu UNO,

dan kemudian masuk kedapur untuk mempersiapkan hidangan bersamaminuman. Tante Ani membawa kacang menteasin,

segelas wine merah,

dan 1 gelas HennessyV.S.O.P on rock (pake es batu). Setelahmengajari aku cara bermain UNO,

kamipunmulai bermain-main santai sambil makan kacangmente. Hennesy yang aku teguk benar-benarkeras,

dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasapanas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisipsaja oleh ayah,

tapi ini skrg aku minumsendirian.Kepalaku terasa berat,

dan mukaku panas.Melihat kejadian ini,

tante Ani menjadi tertawa,

dan mengatakan bahwa aku bukan bakatpeminum. Terang aja,

ini baru pertama kalinyaaku minum 1 gelas Hennessy sendirian.“Tante,

anterin Bernas pulang yah. Kepala ogutrada berat.”“Kalo gitu stop minum dulu,

biar ngga tambahpusing.” jawab tante Ani.Aku merasa tante Ani berusaha mencegahkuuntuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi,

aku sepertisapi dicucuk hidung-nya,

apa yang tante Animinta,

aku selalu menyetujuinya. Melihattingkahku yang suka menurut,

tante Ani mulaiterlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku mainkartu biasa saja,

karena bermain UNO kurangseru kalau hanya berdua. Paling tepat untukbermain UNO itu berempat.Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi.Tante mengajak bermain blackjack,

siapa yangkalah harus menuruti permintaan pemenang.Tapi kemudian tante Ani ralat menjadi ‘Truth &Dare’ game. Permainan kami menjadi seru danterus terang aja tante Ani sangat menikmatipermainan ‘Truth & Dare’,

dan dia sportif apabiladia kalah. Pertama-tama bila aku menang diaselalu meminta hukuman dengan ‘Truth’punishment,

lama-lama aku menjadi semakinberani menanyakan yang bukan-bukan.Sebaliknya dengan tante Ani,

dia lebih sukamemaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisalebih leluasa mengerjaiku. Dari yang disuruhpushup 1 tangan,

menari balerina,

menelan esbatu seukuran bakso,

dan lain-lain. Mungkin jugatidak ada pointnya buat tante Ani menanyakanthe ‘Truth’ tentang diriku,

karena kehidupankuterlihat lurus-lurus saja menurutnya.Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku punjuga heran kenapa aku menjadi tertarik untukmencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi.Mula-mula aku bertanya tentang mantantunangannya,

kenapa sampai batalpernikahannya. Sampai pertanyaan yangmenjurus ke seks seperti misalnya kapanpertama kali dia kehilangan keperawanan.Semuanya tanpa ragu-ragu tante Ani jawabsemua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang akulontarkan.Kini permainan kami semakin wild dan berani.Tante Ani mengusulkan untukmengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘StripPoker’. Aku pun semakin bergairah danmenyetujui saja usul tante Ani.“Yee,

tante menang lagi. Ayo lepas satu yangmenempel di badan kamu.” kata tante Anidengan senyum kemenangan.“Jangan gembira dulu tante,

nanti giliran tanteyang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.”jawabku sambil melepas kaus kakiku.Selang beberapa lama … “Nahhh,

kalah lagi …kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. Tante Anikelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepaskalung emas pemberian ibu yang aku kenakan.“Ha ha ha … two pairs,

punya tante one pair. Yesyes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …”candaku sambil tertawa gembira.“Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.”jawab tante sambil melepas anting-anting yangdikenakannya.Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkinbernapsu untuk melihat tante Ani bugil juga. Akupengen sekali menang terus.“Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayolepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-narigembira.Terlihat tante Ani melepas jepit rambutmerahnya,

dan aku segera saja protes “Loh,

curang kok lepas yang itu?”.“Loh,

kan peraturannya lepas semuanya yangmenempel di tubuh. Jepit tante kan nempel dirambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadimasih dianggap menempel dong.” jawabnyamembela.Aku rada gondok mendengar pembelaan tanteAni. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebihderas lagi.“Straight … Bernas … One Pair … Yes tantemenang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” serutante Ani girang. Aku pun segera melepas jaketaku yang kenakan. Untung aku selalu memakaijaket tipis biar keluar malam. Lihatlahpembalasanku,

kataku dalam hati.“Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh …lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum.Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu,

tante melepas baju atasannya. Aku serentakmenelan ludah,

karena baju atasan tante telahterlepas dan kini yang terlihat hanya BH putihtante. Belahan payudara-nya terlihat jelas,

putihbersih. Bernas junior dengan serentak langsungmenegang,

dan kedua mataku terpaku di daerahbelahan dadanya.“Hey,

lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” candatante sambil menunjuk belahan dadanya. Akukaget sambil tersenyum malu.“Yes Full House,

kali ini tante menang. Ayo buka… buka”. Tampak tante Ani girang banget bisadia menang. Kali ini aku lepas atasanku,

dan kiniaku terlanjang dada.“Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar danhebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.”sindir tante Ani sambil tersenyum.Setelah menegak habis wine yang ada digelasnya,

tante Ani kemudian beranjak daritempat duduknya menuju ke dapur dengankeadaan dada setengah terlanjang. Tak lamakemudian tante Ani membawa sebotol winemerah yang masih 3/4 penuh dan sebotolV.S.O.P yang masih 1/2 penuh.“Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Ani.Kami saling ber-tos ria dan kemudianmelanjutkan kembali permainan strip pokerkami.“Yesss … ” seruku dengan girangnya pertandaaku menang lagi.Tanpa disuruh,

tante Ani melepas rok mininyadan aduhaiii,

kali ini tante Ani hanya terliatmengenakan BH dan celana dalam saja. Malamitu dia mengenakan celana dalam yang kecil imutberwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Akusempat berpikir apakah tante Ani mencukursemua bulu-bulu pubisnya.Muka tante Ani sedikit memerah. Kulihat tanteAni sudah menegak abis gelas winenya yangkedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malamini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu.Aku hanya bernafsu untuk memenangkanpermainan strip poker ini,

agar aku bisa melihattubuh terlanjang tante Ani.“Yes,

yes,

yes …” senyum kemenangan terlukisindah di wajahku.Tante Ani kemudian memandangkan wajahkuselang beberapa saat,

dan berkata dengan nadagenitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah.Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kaliini tante Ani melepaskan BH-nya dan serentakjatungku ingin copot. Benar apa kata tante Ani,

aku seperti terkena setrum listrik bertegangantinggi. Dadaku sesak,

sulit bernapas,

danjantungku berdegup kencang. Inilah pertama kaliaku melihat payudara wanita dewasa secara jelasdi depan mata. Payudara tante Ani sungguhindah dengan putingnya yang berwarna coklatmuda menantang.“Aih Bernas,

ngapain liat susu tante terus. Tantemasih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanyatante Ani. Aku hanya bisa menganggukkankepala pertanda ‘iya’.“Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih.Dasar genit kamu.” tambah tante Ani lagi. Akusekali lagi hanya bisa mengangguk malu.Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain,

mataku sering kali melirik kedua payudaranyadan selangkangannya. Aku penasaran sekali adaapa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat dimana menurut teman-teman sekolah adalahsurga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihatbentuknya dan kalo bisa memegang ataumeraba-raba.Akibat tidak berkonsentrasi main,

kali ini akuyang kalah,

dan tante Ani meminta aku melepascelana yang aku kenakan. Kini aku terlanjangdada dengan hanya mengenakan celana dalamsaja. Tante Ani hanya tersenyum-senyum sajasambil menegak wine-nya lagi. Aku sengajamenolak tawaran tante Ani untuk menegakV.S.O.P-nya,

dengan alasan takut pusing lagi.Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja ditubuh kami,

permainan kali ini ada finalnya.Babak penentuan apakah tante Ani akan melihataku terlanjang bulat atau sebaliknya. Akuberharap malam itu malaikat keberuntunganberpihak kepadaku.Ternyata harapanku sirna,

karena ternyatamalaikat keberuntungan berpihak kepada tanteAni. Aku kecewa sekali,

dan wajahkekecewaanku terbaca jelas oleh tante Ani.Sewaktu aku akan melepas celana dalamkudengan malu-malu,

tiba-tiba tante Animencegahnya.“Tunggu Bernas. Tante ngga mau celana dalammu dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Nggaseru kalo game-nya cepat habis kayak begini”kata tante Ani.Setelah meneguk wine-nya lagi,

tante Aniterdiam sejenak kemudian tersenyum genit.Senyum genitnya ini lebih menantang daripadayang sebelum-sebelumnya.“Tante dare Bernas untuk … hmmm … ciumbibir tante sekarang.” tantang tante Ani.“Ahh,

yang bener tante?” tanyaku.“Iya bener,

kenapa ngga mau? Jijik ama tante?”tanya tante Ani.“Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernahsoalnya.” jawabku malu-malu.“Iya udah,

kalo gitu cium tante dong. Sekalianpelajaran pertama buat Bernas.” kata tante Ani.Tanpa berpikir ulang,

aku mulai mendekatkanwajahku ke wajah tante Ani. Tante Ani kemudianmemejamkan matanya. Pertamanya aku hanyamenempelkan bibirku ke bibir tante Ani. TanteAni diam sebentar,

tak lama kemudian bibirnyamulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan.Aku mulai merasakan bibirku mulai basah olehair liur tante Ani. Bau wine merah sempattercium di hidungku.Aku pun tidak mau kalah,

aku berusahamenandinginya dengan membalas lumatan bibirtante Ani. Maklum ini baru pertama,

jadi akuterkesan seperti anak kecil yang sedangmelumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat,

aku kaget dengan tingkah baru tante Ani. TanteAni dengan serentak menjulurkan lidahnyamasuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidakmerasa jijik sama sekali,

malah senangdibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidahtante Ani,

dan kini lidah kami kemudian salingberperang di dalam mulutku dan terkadang puladi dalam mulut tante Ani.Kami saling berciuman bibir dan lidah kuranglebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah takkaruan,

dah kupingku panas dibuatnya. TanteAni seakan-akan menikmati betul ciuman ini.Nafas tante Ani pun masih teratur,

tidak adatanda sedikitpun kalau dia tersangsang.“Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagipokernya” ajak tante Ani.Aku pun mulai mengocok kartunya,

danpikiranku masih terbayang saat kita berciuman.Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya.Kali ini aku menang,

dan terang saja akumeminta jatah sekali lagi berciuman dengannya.Tante Ani menurut saja dengan permintaankuini,

dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kaliini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.“Udah ah,

jangan ciuman terus dong. NtarBernas bosan ama tante.” candanya.“Masih belon bosan tante. Ternyata asyik jugayah ciuman.” jawabku.“Kalo ciuman terus kurang asyik,

kalo mau sih…” seru tante Ani kemudian terputus. Kalimattante Ani ini masih menggantung bagiku,

seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yangmenurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Animalam itu.Aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak taudiri. Aku punya perasaan kalo tante Ani sengajauntuk mengalah dalam bermain poker malamitu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Akusudah terburu oleh napsuku sendiri,

dan akusangat memanfaatkan situasi yang sedangberlangsung.“Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciumanlagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Anisambil menggoda.“Hmm … apa yah.” pikirku sejenak.“Gini aja,

Bernas pengen emut-emut susu tanteAni.” jawabku tidak tau malu.Ternyata wajah tante Ani tidak tampak kaget ataumarah,

malah balik tersenyum kepadaku sambilberkata “Sudah tante tebak apa yang ada didalam pikiran kamu,

Bernas.”.“Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. Tante Anihanya mengangguk pertanda setuju.Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudarasebelah kanan tante Ani. Bau parfum harumyang menempel di tubuhnya tercium jelas dihidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulaimengulum puting susu tante Ani denganlembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantapdi atas karpet ruang tamu tante Ani,

memberikanfondasi kuat agar wajahku tetap bebasmenelusuri payudara tante Ani. AKu kulumbergantian puting kanan dan puting kiri-nya.Kuluman yang tante Ani dapatkan darikumemberikan sensasi terhadap tubuh tante Ani.Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapandan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tanteAni perlahan-lahan semakin memburu,

danterdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisamemastikan bahwa tante Ani saat ini sedangterangsang atau istilah modern-nya ‘horny’.“Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh …Tante kamu apain?” bisik tante Ani dengan nadaterputus-putus. Aku tidak mengubris kata-katatante Ani,

tapi malah semakin bersemangatmemainkan kedua puting susunya. Tante Anitidak memberikan perlawanan sedikitpun,

malahseolah-olah seperti memberikan lampu hijaukepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidaksenonoh terhadap dirinya.Aku mencoba mendorong tubuh tante Aniperlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet.Ternyata tante Ani tidak menahan/menolak,

bahkan tante Ani hanya pasrah saja. Setelahtubuhnya terbaring di atas karpet,

akumenghentikan serangan gerilyaku terhadappayudara tante Ani. Aku perlahan-lahanmenciumi leher tante Ani,

dan oh my,

wangibetul leher tante Ani. Tante Ani memejamkankedua matanya,

dan tidak berhenti-hentinyamendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya,

memberikan sensasi dan getaran yang berbedaterhadap tubuhnya. Aku tidak mengertimengapa malam itu aku seakan-akan tau apayang harus aku lakukan,

padahal ini barupertama kali seumur hidupku menghadapisuasana seperti ini.Kemudian aku melandaskan kembali bibirku diatas bibir tante Ani,

dan kami kembali berciumanmesra sambil berperang lidah di dalam mulutkudan terkadang di dalam mulut tante Ani.Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangankiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tanteAni,

sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Ani.Tubuh tante Ani seperti cacing kepanasan.Nafasnya terengah-engah,

dan dia tidakberkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpadiberi komando,

tante Ani tiba-tiba melepascelana dalamnya sendiri. Mungkin saking‘horny’-nya,

otak tante Ani memberikan instinctbawah sadar kepadanya untuk segera melepascelana dalamnya.Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Ani saatitu,

namun tante Ani tiba-tiba menarik tangankananku untuk mendarat di kemaluannya.“Alamak …”,

pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante Ani mulus sekali. Ternyata semuabulu jembut tante Ani dicukur abis olehnya. Diamenuntun jari tengahku untuk memainkandaging mungil yang menonjol di memeknya.Para pembaca pasti tau nama daging mungil iniyang aku maksudkan itu. Secara umum dagingmungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itilsaja. Aku putar-putar itil tante Ani berotasi searahjarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kinimemek tante Ani mulai basah dan licin.“Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok beraniama tante?” tanya tante Ani terengah-engah.“Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?”jawabku.“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss …Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Anilagi.“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemasdengan tingkah tante Ani.“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Animulai serak-serak basah.Aku tetap memainkan itil tante Ani,

dan inimembuatnya semakin menggeliat hebat. Taklama kemudian tante Ani menjerit kencangseakaan-akan terjadi gempa bumi saja.Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinyasempat mencakar bahuku. Untung saja tante Anibukan tipe wanita yang suka merawat kukupanjang,

jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku.“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …”erang tante Ani. Aku yang masih hijau waktu itukurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu.Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu,

jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku.“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …”erang tante Ani. Aku yang masih hijau waktu itukurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu.Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu,

sebelon gairah tante habis. Tuh liat kontol Bernasdah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dahpanas.”.Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuhtante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahankuarahkan batang penisku ke mulut vagina tanteAni,

dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan.Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatanmilik tante Ani. Selain mungkin karena basahnyadinding-dinding memek tante Ani yangmemuluskan jalan masuk penisku,

juga karenamungkin sudah beberapa batang penis yangtelah masuk di dalam sana.“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desahtante Ani.Aku coba mengocok-kocok memek tante Anidengan penisku dengan memaju-mundurkanpinggulku. Tante Ani terlihat semakin ‘horny’,

dan mendesah tak karuan.“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss …geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Ani.Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tanteAni,

tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaantante Ani,

sehingga aku berhenti sejenak.“Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ”tanya tante Ani.“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi …” jawabku serius.“Nanti dikeluarin di luar yah,

jangan di dalam.Tante mungkin lagi subur sekarang,

dan tantelupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tantengga punya stock pengaman sekarang. Jadijangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Ani.“Beres tante.” jawabku.“Ok deh … sekarang jangan diam … goyanginlagi dong …” canda tante Ani genit.Tanpa menunda banyak waktu lagi,

akulanjutkan kembali permainan kami. Aku bisamerasakan memek tante Ani semakin basahsaja,

dan aku pun bisa melihat bercak-bercaklendir putih di sekitar bulu jembutku.Aku mulai berkeringat di punggung belakangku.Muka dan telingaku panas. Tante Ani pun jugasama. Suara erangan dan desahan-nya makinterdengar panas saja di telingaku. Aku tidakmenyadari bahwa aku sudah berpacu dengantante Ani 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akanadanya sesuatu yang bakalan keluar dari peniskusemakin mendekat saja.“Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnyakok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi… tante geliii banget nihhh …” kata tante Ani.“Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …”kataku sambil mempercepat goyanganpinggulku.Puting tante Ani semakin terlihat mencuatmenantang,

dan kedua payudara pun terlihatmengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajahtante Ani,

dan bibir kami saling berciuman. Akujulur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya,

danlidah kami saling berperang di dalam. Posisibercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisikutetap di atas tubuh tante Ani.Aku percepat kocokan penisku di dalam memektante Ani. Tante Ani sudah menjerit-jerit danmeracau tak karuan saja.“Bernasss … tante datangggg … uhhh …ahhhhhh …” jerit tante Ani sambil memeluk erattubuhku. Ini pertanda tante Ani telah ‘orgasme’.Aku pun juga sama,

lahar panas dari dalampenisku sudah siap akan menyembur keluar.Aku masih ingat pesan tante Ani agar spermakudilepas keluar dari memek tante Ani.“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku panik.Kutarik penisku dari dalam memek tante Ani,

danpenisku memuncratkan spermanya di peruttante Ani. Saking kencangnya,

semburanspermaku sampai di dada dan leher tante Ani.“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritankepuasanku.“Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanyabanyak bangettt sih …” canda tante Ani. Akuhanya tersenyum saja. Aku tidak sempatmengomentari candaan tante Ani.Setelah semua sperma telah tumpah keluar,

akumerebahkan tubuhku di samping tubuh tanteAni. Kepalaku masih teriang-iang dan nafaskumasih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Ani. Aku baru sajamenikmati yang namanya surga dunia.Tante Ani kemudian memelukku manja denganposisi kepalanya di atas dadaku. Bau harumrambutku tercium oleh hidungku.“Bernas puas ngga?” tanya tante Ani.“Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti barusaja masuk ke surga” jawabku.“Emang memek tante surga yah?” canda tanteAni.“Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri.“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran.“Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yangpasti memek tante sekarang ini masihberdenyut-denyut rasanya. Diapain emang amaBernas?” tanya tante Ani manja.“Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuhtante liat jembut Bernas banyak bercak-bercaklendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjirkeluar tadi.” kataku.“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Anisambil mencubit penisku yang sudah mulailoyo.“Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja.Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tanteAni.“Sippp tante.” jawabku serentak girang.Malam itu aku nginap di rumah tante Ani.Keesokan harinya aku langsung pulang kerumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagidengan tante Ani,

namum ajakanku ditolak halusolehnya karena alasan dia ada janji denganteman-temannya.Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelaptante Ani tanpa sepengetahuan orang lainterutama ayah dan ibu. Tante Ani senangbercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yangbervariasi pula selain apartementnya sendiri.Kadang bermain di mobilnya,

di motel kilat yanghitungan charge-nya per jam,

di ruang VIP spakecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untukmenyelinap agar tidak diketahui oleh parapegawai di sana). Tante Ani sangat menyukaidan menikmati seks. Menurut tante Ani seksdapat membuatnya merasa enak secara jasmanidan rohani,

belum lagi seks yang teratursangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernahmenceritakan kepadaku tentang rahasia awetmuda bintang film Hollywood tersohor bernamaElizabeth Taylor,

yah jawabannya hanya singkatsaja yaitu seks dan diet yang teratur.Tante Ani paling suka ‘bermain’ tanpa kondom.Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pilsebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergisaat pertama mencoba minum pil kontrasepsi.Jadi di saat subur,

aku diharuskan memakaikondom. Di saat setelah selesai masamenstruasinya,

ini adalah saat di mana kondomboleh dilupakan untuk sementara dulu dan akubisa sepuasnya berejakulasi di dalammemeknya. Apabila di saat subur dan aku/tanteAni lupa menyetok kondom,

kita masih sajanekat bermain tanpa kondom denganberejakulasi di luar (meskipun ini rawankehamilannya tinggi juga).Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaancinta terhadap tante Ani. Maklum aku masihtergolong remaja/pemuda yang gampangterbawa emosi. Namun tante Ani menolaknyadengan halus karena apabila hubunganku dantante Ani bertambah serius,

banyak pihak luaryang akan mencaci-maki atau mengutuk kami.Tante Ani sempat menjauhkan diri setelah akumengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patahhati waktu itu (hampir 1.5 tahun),

tapi aku masihmemiliki akal sehat yang mengontrol perasaansakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’dengan tante Ani.Saat ini aku masih berhubungan baik dengantante Ani. Kami kadang-kadang menyempatkandiri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari moodkami masing-masing. Tante Ani sampaisekarang masih single. Aku untuk sementara inijuga masih single. Aku putus dengan pacarkusekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus denganpacarku,

tante Ani sempat menjadi pelarianku,

terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidakbenar dan kasihan tante Ani,

namun tante Aniseperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedangpatah hati pasti akan mencari seorang pelarian.Jadi tante Ani tidak pernah merasa bahwa diaadalah pelarianku,

tapi sebagai seorang temanyang ingin membantu meringkankan bebanperasaan temannya.
Cerita Dewasa