Obat Bius Cair

Cerita Sex Lesbi Ternyata Tante Dasha Doyan Lesbian

Cerita Dewasa
Cerita sex lesbi tante girang, kumpulan cerita tante girang, foto hot bugil lesbian, komik hentai lesbi, cerita mesum lesbian.

Aku suka menulis cerita sex tentang sesama jenis dimana kisah percintaanku yang kutulis ini buka yang pertama kali, aku suka berpetualang cinta kali ini aku akan menceritakan kisah seksku yang pertama dengan teman ibuku , kejadian ini tidak aku sangka diman aku baru saja masuk kelas 1 SMU dan saat itu aku tinggal di Yogya.

Ibuku mempunyai teman namanya Ibu Dasha aku sering memanggilnya dengan tante Dasha hubungan kami sungguh sangat dekat aku anggap sudah sebagai saudara sendiri di rumahku.tante Dasha mempunyai wajah yang cantik wajahnya lebih muda ketimbang ibuku memang karena usianya juga cukup jauh. Usia Tante Dasha ketika itu sekitar 28 tahun. Selain cantik, Tante Dasha memiliki tubuh yang langsing, namun padat dan seksi.

Kejadian ini bermula ketika liburan semester, waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara.

Karena aku dan Tante Dasha cukup dekat maka aku minta kepada ibuku untuk menginap saja di rumah Tante Dasha yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Dan kebetulan suami Tante Dasha juga sedang di luar kota, karena memang suaminya sering sekali ditugaskan ke luar kota, sehingga Tante Dasha sering sendirian di rumah.

Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria atau shopping berdua dengan Tante Dasha, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli, karena memang Tante Dasha orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja.

Ketika suatu hari, sehabis makan siang, tiba-tiba Tante Dasha berkata kepadaku,

“Sar.. kita main dokter-dokteran yuk.. sekalian Sari Tante periksa beneran, mumpung gratis..”
Memang kata Ibuku, dahulu Tante Dasha pernah kuliah di fakultas kedokteran namun putus di tengah jalan karena menikah.

“Ayoo..” sambutku dengan senang hati.

Kemudian Tante Dasha mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.

“Nah Sar, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang,” bisik Tante Dasha.

“Baik Tante,” kataku,

lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.

Namun Tante Dasha bilang,

“Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong, biar Tante gampang meriksanya..”

Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.

“Wah.. kamu memang benar-benar cantik Sar..” kata Tante Dasha.

Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.

Setelah terlentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Tante Dasha mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin.., lalu Tante Dasha menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Tante Dasha mencopot stetoskopnya.

Kemudian Tante Dasha tersenyum kepadaku, sambil tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut,

“Waah.. kulit kamu halus ya, Sar.. Kamu pasti rajin merawatnya,” katanya.

Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Tante Dasha. Kemudian usapan Tante Dasha bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Tante Dasha merayap mengusap perutku.

Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Tante Dasha benar- benar terasa lembut, dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya.

Lalu Tante Dasha menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih.. baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut dan geli, bercampur menjadi satu.

Namun tidak lama kemudian, Tante Dasha menghentikan usapannya. Dan aku kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tante Dasha bergerak ke arah kakiku.

“Nah.. sekarang Tante periksa bagian bawah yah..” katanya.

Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja.

Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Tante Dasha menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati,

” Ih.. Tante, kok celana dalam Sari dibuka..?” kataku dengan gugup.

“Lho.. khan mau diperiksa.. pokoknya Sari tenang aja..” katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Tante Dasha penuh dengan maksud tersembunyi.
Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah celana dalamku diloloskan oleh Tante Dasha, Tante Dasha duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Tante Dasha tak berkedip menatap liang kewanitaanku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis.

Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Tante Dasha mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.. aku jadi merinding rasanya.

“Tante..” suaraku lirih.

“Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa enak..” katanya sambil tersenyum.

Tante Dasha lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. Kemudian, dengan jari telunjuknya yang lentik, Tante Dasha menggesekkannya ke bibir kemaluanku dari bawah ke atas,

“Aaahh.. Tantee..” jeritku lirih.

“Ssstt.. hmm.. enak kan..?” katanya.

Mana mampu aku menjawab, malahan Tante Dasha mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin nggak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, mengeliat-ngeliat kesana-kemari.

“Ssstthh.. aahh.. Tante.. aahh..” eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit.

Liang kewanitaanku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar terangsang sekali.

Setelah Tante Dasha merasa puas dengan permainan jarinya, Tante Dasha menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah.

Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli-geli, lembut dan basah. Namun Tante Dasha bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya.

Hii.. rasanya jadi makin geli apalagi ketika lidah Tante Dasha memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Tante Dasha saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.

Kemudian Tante Dasha mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah apa lagi pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.. gila.. Tante Dasha menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Tante Dasha.

Lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Tante Dasha mulai menjilati bibir kemaluanku.
“Aaa.. Tantee..!” aku menjerit, walaupun lidah Tante Dasha terasa lembut, namun jilatan Tante Dasha itu terasa menyengat liang kewanitaanku dan menjalar ke seluruh tubuhku,

Namun Tante Dasha justru menjilati habis-habisan bibir kemaluanku, lalu lidahnya masuk ke dalam liang kewanitaanku dan menari-nari di dalam liang kewanitaanku.

Lidah Tante Dasha mengait-ngait kesana-kemari menjilat-jilat seluruh dinding kemaluanku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, menjerit-jerit tidak karuan, “Aaahh.. Tantee.. aa.. auu.. aahh..!”

Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana-kemari merasakan kegelian bercampur dengan kenikmatan yang amat sangat. Namun Tante Dasha dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana-kemari, namun Tante Dasha tetap mendapatkan yang diinginkannya.

Jilatan-jilatan Tante Dasha benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan, liang kewanitaanku sudah benar-benar banjir dibuatnya, membuat Tante Dasha menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot liang kewanitaanku.

Cairan lendir liang kewanitaanku bahkan disedot Tante Dasha habis-habisan. Sedotan Tante Dasha di liang kewanitaanku sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan.

Kemudian Tante Dasha sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir kemaluanku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Tante Dasha, rupanya Tante Dasha mengincar klitorisku. Tante Dasha menjulurkan lidahnya, lalu dijilatnya klitorisku,

“Aaahh..” tentu saja aku menjerit keras sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku.

Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai menggangkat pantatku. Tante Dasha malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati klitorisku sambil dihisap-hisapnya,

“Aaa.. aauuhh.. aahh..!” jeritku semakin menggila.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang amat sangat, yang ingin keluar dari dalam liang kewanitaanku, seperti mau kencing, dan aku tak kuat menahannya, namun Tante Dasha yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot klitorisku dengan kuatnya sehingga, “Tantee.. aahh..!” tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Tante Dasha dengan kedua pahaku di selangkanganku.

Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan liang kewanitaanku, banyak sekali dan tampaknya Tante Dasha tidak menyia- nyiakannya, disedotnya liang kewanitaanku, dihisapnya seluruh cairan yang keluar dari liang kewanitaanku. Tulang-tulangku terasa lolos, lalu tubuhku terasa lemas sekali.

Tante Dasha kemudian memelukku, lalu mengecup bibirku.

“Gimana Sar.. enak khan..?”

Namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku tidak percaya bisa diperlakukan begini oleh Tante Dasha, dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Tante Dasha tampak begitu cantik dan anggun. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Tante Dasha.

Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang, perasaan-perasan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Tante Dasha telah berupaya menenangkanku dengan lembut.

Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi, abisnya kalau diingat-ingat sebenarnya enak sich hi.hi.hi.. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Tante Dasha,

Tentu saja aku malu mengatakannya, aku hanya pura-pura ngobrol kesana-kemari, sampai akhirnya Tante Dasha menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu.

Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertamakali aku merasakan yang namanya seks. Setelah pengalamanku dengan Tante Dasha itu barulah aku mulai bertualang dimana akhirnya aku mau mencoba bercinta dengan lain jenis.- Cerita Dewasa, Cerita Hot, Cerita Sex Terbaru 2019.
Cerita Dewasa